Hater and Fans bagian dari trik marketing

PKENAPA BRAND MEMBUTUHKAN KEHADIRAN HATERS?

Ternyata bukan hanya artis aja yang butuh haters. Sebuah Brand jelas juga dahaga akan haters. Bukan hanya sekumpulan fanboy dan brand advocates yg membela Brand mereka mati-matian, tapi sebuah Brand butuh sekumpulan orang yang jelas-jelas secara konsisten siap mencaci dan mencari celah apa yg Brand lakukan.

Lihatlah Ayu Ting-Ting yg follower IG nya sdh tembus 21.5 juta. Jauh diatas Britney Spears atau Madonna sekalipun. Meskipun dia punya jutaan #balajaer yg membela dia mati2an, tetep saja postingannya gak pernah sepi komentar miring yg seringkali menusuk dan menyakitkan. Sy sendiri yakin putri kesayangan Pak Rozak ini senyumnya makin lebar ketika melihat perdebatan2 di kolom komentarnya. Makin hot makin tebel pundi-pundi si bunda cantik ini.
Brand A2T besutannya dia jg dijamin makin berkibar.

Kalau di luar negeri keluarga kontroversial tapi famous The Kardashians malah punya haters yg luar biasa jumlahnya. Maklumlah.. Seperti sang icon Kim Kardashians followernya udah 102 juta an.
Gara2 banyak haters akunnya juga gak pernah sepi. Dampaknya kalo mau di endorse suami rapper Kanye West ini Anda harus siapin kocek sebesar 500,000 USD minimal (senilai 6,7 milyaran rupiah) untuk sekali post.
Bandingkan dengan artis top tanah air yg masih dikisaran 10-20 jt per post di Instagram.
Ingat ya bukan Fans aja yg follow mereka, tapi juga haters yang sengaja follow buat nyari bahan nyinyir.

Dalam dunia bisnis, jika Brand Anda makin diakui dan dikenal pasar, sudah sangat wajar jika ada yg suka dan ada yg tidak suka. Namun percaya atau tidak, adanya penyeimbang ini bikin Brand Anda punya cerita. Apalagi jika kelompok pembenci ini sudah bikin Brand sendiri.. makin hot itu cerita. Jauh lebih hot daripada gosip selebriti di infotainment yg banyak settingannya.

Perseteruan panas tapi mesra antara CocaCola VS Pepsi, Mac VS Windows, Real VS Barca, Apple VS Samsung sebagai perwakilan Android. Semakin memanas persaingan makin hot juga buat goreng pasar.
Yang bikin keren adalah sebenarnya masing2 fans suatu merek, bukan hanya belajar fitur unggulan Brand yg dibelanya, tapi juga fitur-fitur si Lawan.
Tujuannya jelas buat ngumpulin bahan buat ngejatuhin tetangga.

Haters akan bikin Fanboy makin cinta dengan apa yg ia bela. Biasalah, kalo tidak ada yg mau rebut tidak akan dibela mati2an dan dipertahankan. Ketika kebanggaan sebagai fanboy akan direbut maka ia akan riset mati-matian buat belain harga diri nya sebagai fan sejati Brand itu.

Dampaknya bermunculan reviewer2 dan peneliti dadakan. Ini jadi R n D informal yg dimiliki Brand. Dari saling serang ini Brand akhirnya nemu banyak inspirasi buat improve produknya dia, yg awalnya Brand ini ndak kepikiran. Jelas sangat menguntungkan si Brand.
Exposure meningkat pesat, engagement juga melesat.

Sebenarnya banyak kisah manis Brand yg sukses mendulang pundi-pundi karena berhasil mengkonversi inspirasi dari ketidaksukaan haters.
Salah satunya adalah Toyota. Kita bahas di celotehan berikutnya aja ya. Kadang Ibu-Ibu komplek kalo nyerocos susah sekali dihentikan. Hi hi..

Intinya haters is good for business. Tergantung bagaimana Anda menyikapi dan memanage-nya.
Haters create story and story is good for marketing. Selama yg Brand Anda lakukan, sudah benar jangan takut akun haters.
Haters dan nyinyiers tidak mungkin dihindarkan. Karena tidak mungkin bagi sebuah Brand untuk menyenangkan semua orang. Ditambah sifat manusia yang memang banyak sekali maunya.
Apalagi jika Anda pemimpin pasar.. market leader.. Pasti makin banyak para nyiyiers.. 

Sampai-sampai mendiang Steve Jobs pernah mengingatkan kita..
If you want make everyone happy, don't be a leader, sell ice cream.

Kalau ingin menginflunce dan me lead market ya.. Pasti nanti akan ketemu sm yg namanya haters.
Be nice to them.. They are your intangible asset.


Dan merekalah bukti kalo eksistensi Brand Anda itu sudah layak diperhitungkan.

0 Response to "Hater and Fans bagian dari trik marketing"

Posting Komentar